Senin, 15 September 2014

11 AGUSTUS 2014

Gw gak pernah merencanakan untuk jatuh cinta umur berapa dan menikah di usia tertentu. Ini terjadi begitu saja. Gw memulai suatu hubungan pacaran juga bukan sekedar untuk bersenang-senang. Gw memasuki suatu fase dalam hidup (dengan sendirinya) bahwa manusia pada akhirnya punya kerinduan untuk memiliki pasangan dan hidup bersama dalam sebuah rumah tangga. At the moment, it’s more like a phase in life 


Namun gw juga gak mau nutup mata, menikah juga gak cukup modal cinta doang. Satu hal yang pasti , gw gak mau nekat nikah klo gw belum kerja. Realistis aja bro, setelah nikah kebutuhan untuk biaya hidup, punya rumah, serta dana untuk pendidikan anak-anak kelak, juga harus dipikirin. Nikah bukan berarti semua problematika hidup ikut selesai dan kemudian tertulis ‘’happily ever after’’ layaknya di kisah dongeng. Malah, sebenernya tantangan hidup semakin besar.


 “Emang lo udah mapan?” enggak jarang gw denger pertanyaan kyak bgitu. Well, soal mapan itu juga enggak selalu soal finansial. Kemapanan berfikir dan bertindak juga enggak kalah penting.


 Ringkas gw, pernikahan adalah tentang kesiapan mental masing-masing individu dan ukuran kesiapan tidak bisa dipukul rata. Siap atau tidak, orang lain akan selalu mengomentari kehidupan anda.